Oleh Cardiyan HIS
Carefour bukan milik Perancis lagi. Berita bisnis sangat penting ini ditanggapi dingin-dingin saja di Indonesia, padahal sudah berlangsung hampir dua bulan. Termasuk oleh Pemerintah Indonesia (yang memang secara resmi belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel), yang menganggap alih kepemilikan Carefour oleh orang pengusaha Israel sebagai “business as usual” saja. Hanya ibu-ibu rumah tangga mungkin karena tidak tahu informasi ini, tak sadar terus membelanjakan banyak rupiahnya menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran untuk memperkaya kocek bisnis orang Israel.
Carefour , adalah salah satu ikon penting Perancis di dunia disamping makanan dan minuman Danone atau mobil Renault, kini sudah menjadi milik pengusaha Israel. Kini Carefour telah menjadi milik perusahaan Koor Industries Ltd dengan harga pembelian senilai US$ 986 juta atau 3,5 miliar Shekel (mata uang Israel). Pemilik Koor Industries Ltd adalah Eli Hurvitz, pengusaha asli Israel yang sangat pro soal pembangunan pemukiman Yahudi di Palestina dan tentunya sangat anti soal Kemerdekaan Bangsa Palestina. Eli Hurvitz tentu saja bersilang pendapat dengan sutradara beken Steven Spielberg, warga negara Amerika Serikat keturunan Israel, yang justru sebaliknya sangat mendukung Kemerdekaan bagi Bangsa Palestina.
Terjadinya peralihan kepemilikan perusahaan multi nasional seperti Carefour (Perancis) ke pengusaha kakap Israel adalah memang peristiwa biasa sebagai konsekuensi perdagangan global yang bebas menembus batas negara. Masalahnya di Indonesia, Carefour mendapat keistimewaan tanpa pembatasan lokasi.
Kebijakan ini sungguh sangat berbeda dengan Carefour di negara-negara kapitalis Eropa bahkan di Perancis sendiri sekali pun tempat asalnya, tidak akan bisa ditemui keberadaan Carefour di tengah-tengah kota, di sudut-sudut strategis kota-kota besar Paris, Lyon, Marseille. Pemerintah kota mereka akan selalu tetap memperhitungkan terhadap keberadaan pasar tradisional atau tempat kegiatan ekonomi pengusaha kecil penduduk setempat.
Sedangkan Indonesia? Lagi-lagi Pemerintah Indonesia sebuah anomali membiarkan Carefour ada di pusat kota, di sudut-sudut strategis bahkan sudah tak memperdulikan lagi kedekatan lokasinya dengan keberadaan pasar tradisional tempat para pengusaha kecil Indonesia menyabung nyawa. Kasus Carefour di Indonesia boleh jadi bisa menjadi kasus riset yang menarik bagi seorang “PhD Candidate in Marketing Business”. Termasuk kepemilikan saham Carefour di jaringan retail Alfa Mart, yang telah menelan begitu banyak kebangkrutan toko-toko kecil atau warung-warung kelontongan para pengusaha kecil Indonesia. Pihak KPPU sebagai komite independen pengawasan persaingan usaha harus
memprioritaskan kasus ini.
Indonesia memang harus mengevaluasi segala keterlanjuran ini dengan sangat serius, mengkajinya secara seksama pula dengan kewajiban ketat terhadap perilaku Carefour selama ini. Misalnya beberapa lokasi Carefour di Jakarta berulang-ulang mencemari lingkungan bahkan nyaris menewaskan puluhan karyawannya sendiri karena keracunan gas buangan adalah “high-light” yang harus digaris-bawahi oleh Pemerintah kota DKI Jakarta. Sistem hubungan kerjasama dengan para pemasok dari kalangan Usaha Kecil Menengah (UKM) perlu dievaluasi agar lebih adil. Kompensasi terhadap keberadaan Carefour yang berada sangat dekat dengan pasar tradisional harus segera dirumuskan untuk
sebaik-baiknya kegiatan ekonomi rakyat. Kasus Carefour yang sangat dekat dengan dua pasar tradisional di kecamatan Duren Sawit, Jakarta sungguh merupakan bukti nyata yang memerlukan perhatian Pemda DKI Jakarta.
Selamat menempuh ibadah Ramadhan, semoga Tuhan YME memberikan ridhoNya kepada ummat manusia yang menjalankan ibadahnya. Amiin.
Sumber : http://ia-itb.blogspot.com/2009/08/mengkaji-belanja-ramadhan-dan-lebaran.html
Beasiswa Khusus Guru (Negeri dan Swasta) dari Jepang
-
Info dari Blog tetangga.
Halo semua,
Ada beasiswa khusus guru dari Pemerintah Jepang dengan ketentuan sbb.
PERSYARATAN
1. Lulusan S-1 atau D-4 dan gur...
15 years ago